Quote:
Spoiler for 1:
Spoiler for 3:
Spoiler for 4:
Capung atau sibar-sibar dan Capung Jarum adalah kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Namanya dalam bahasa daerah adalah papatong (Sd.), kinjeng (Jw.), coblang (Jw.), kasasiur (bjn), tjapung dll
Nah, habitatnya dimana sih?
Spoiler for Habitat:
Capung dan capung jarum menyebar luas, di hutan-hutan, kebun, sawah, sungai dan danau, hingga ke pekarangan rumah dan lingkungan perkotaan. Ditemukan mulai dari tepi pantai hingga ketinggian lebih dari 3.000 m dpl. Beberapa jenisnya, umumnya jenis capung, merupakan penerbang yang kuat dan luas wilayah jelajahnya. Beberapa jenis yang lain memiliki habitat yang spesifik dan wilayah hidup yang sempit. Capung jarum biasanya terbang dengan lemah, dan jarang menjelajah jauh.
Ini nih siklus hidup capung :
Spoiler for Larva Capung:
Siklus hidup capung, dari telur hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun. Capung meletakkan telurnya pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air menggenang, namun ada pula jenis yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah menetas, tempayak (larva) capung hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa.
Sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, di bawah permukaan air, dengan menggunakan insang internal untuk bernapas. Tempayak dan nimfa capung hidup sebagai hewan karnivora yang ganas. Nimfa capung yang berukuran besar bahkan dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan. Setelah dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama empat bulan..
Berikut rangkuman TS keunikan dari capung :
Spoiler for Keunikan capung:
Spoiler for 1:
1. Capung merupakan salah satu serangga purba, mereka sudah ada di bumi sejak 300 juta tahun yang lalu. Fosil capung terbesar yang pernah ditemukan di bumi mempunyai ukuran lebar sayap lebih dari 3 meter. Capungsaurus gan!!
Spoiler for 2:
2. Hewan ini adalah serangga golongan Odonata dengan lebih dari 5000 spesies berbeda yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Di Amerika Serikat saja terdapat lebih dari 400 spesies, apalagi Indonesia yang luas ini pasti lebih banyak spesies capung yang hidup
Spoiler for 3:
3. Kita mungkin sering melihat seekor capung berada di atas permukaan air. Mengapa demikian? Ternyata di permukaan air itulah capung menaruh telur-telurnya yang kemudian akan menetas menjadi larva.
Mereka juga sangat awas dengan daerahnya seperti permukaan air tersebut sehingga sering kita jumpai 2 capung yang berkelahi satu sama lain untuk memperebutkan daerah kekuasaan. Wiiiii
Spoiler for 4:
4. Walaupun kelihatannya sangat indah, capung sebenarnya adalah serangga yang ganas. Sejak menetas dari telur, mereka adalah karnivora yang suka menyantap hewan lain. Pada saat masih larva, mereka memakan plankton, ikan-ikan kecil, serta larva lain. Di saat sayap mereka mulai berkembang, capung muda memiliki bagian tubuh khusus yang berada di sekitar kepalanya yang berfungsi sebagai tongkat untuk memudahkan menangkap ikan-ikan kecil. Di saat dewasa, capung merupakan predator alami dari nyamuk, sehingga populasi capung yang banyak bisa menjadi pengontrol yang efektif dalam menanggulangi penyebaran nyamuk pada suatu tempat. Pengen jauh dari nyamuk? Pelihara capung-gon!!
Spoiler for 5:
5. Hampir seluruh masa hidup capung sebenarnya dihabiskan pada saat mereka larva. Larva capung sendiri hidup kira-kira 3 tahun, setelah itu mereka baru bermetamorfosis menjadi capung dewasa yang bersayap. Capung dewasa ini hanya bertahan hidup beberapa minggu karena tujuan mereka bermetamorfosis tersebut hanya untuk menemukan pasangan agar bisa melangsukan perkimpoian dan akhirnya bisa melanjutkan keturunan. Hmm
Spoiler for 6:
6. Sayap capung bagian depan lebih panjang daripada sayap capung bagian belakang. Bentuk sayap seperti ini membuat capung dapat terbang sangat cepat hingga 50 km/jam dan dapat melakukan berbagai manuver di udara mulai dari bergerak ke samping, belakang sampai menyusuri suatu permukan benda. Kelihaiannya dalam terbang tersebut menobatkan mereka sebagai serangga tercepat yang ada di bumi. Woookkk?
Spoiler for 7:
7. Salah satu hal paling menarik yang ada pada capung adalah bentuk matanya gan. Serangga ini memliki mata yang besar dengan ribuan lensa yang bersegi-segi seperti pada lebah. Dengan mata yang besar dan bersegi-segi tersebut, capung dapat melihat ke segala arah. Hal inilah yang membuat kita agak kesulitan ketika ingin menangkap hewan ini walaupun dari belakangnya sekalipun! CCTV? Lewat!!
Ane kasih bonus 2 gan!!
Spoiler for Bonus:
New Jersey - Spesies apakah yang menyandang predikat sebagai predator paling hebat di kerajaan hewan? Jika Anda mengira spesies itu singa atau hiu, pikirkan kembali jawaban Anda. Sebab, sebuah penelitian terbaru menunjukkan, predator paling hebat di dunia hewan adalah capung.
Singa Afrika memang tercatat sebagai karnivora puncak pada rantai makanan. Namun, kucing besar ini hanya mampu menangkap 25 persen dari total mangsa yang mereka kejar. Hiu putih besar bernasib sedikit lebih beruntung. Predator puncak di lautan dengan 300 gigi pemotong ini hanya sukses menangkap separuh dari total mangsa yang mereka buru.
Capung, sebaliknya, terlihat mungil, berkilauan, dan dikenal sebagai serangga yang tidak berbahaya. Bahkan capung, bersama kupu-kupu dan kepik, dikelompokkan dalam daftar serangga yang disukai manusia.
Namun, di balik penampilan "ramah"-nya, capung ternyata merupakan predator udara yang sangat rakus. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim ilmuwan Universitas Rutgers di Amerika Serikat menunjukkan, capung menjadi pemburu yang paling brutal sekaligus efektif dalam kerajaan hewan.
Tim ilmuwan mencatat, capung mampu menangkap nyaris seluruh mangsanya dengan tingkat keberhasilan mencapai 95 persen. Bahkan capung kerap memakan mangsanya sembari tetap terbang, tanpa perlu repot hinggap ke daun atau ranting pohon.
"Capung akan merobek-robek tubuh mangsanya dan terus mengunyahnya sampai berbentuk gumpalan sebelum akhirnya mereka menelannya," kata Michael L. Mei, seorang profesor emeritus entomologi di Rutgers, seperti dikutip laman New York Times, Selasa, 2 April 2013.
Selera makan capung bisa dibilang tak berujung. Stacey Combes, seorang peneliti biomekanik di Universitas Harvard yang mempelajari cara terbang capung, pernah menyaksikan seekor capung percobaan di laboratorium menyantap habis 30 ekor lalat buah secara berturutan. "Capung akan terus makan selama masih ada makanan," ujarnya.
Sejumlah penelitian yang diterbitkan baru-baru ini telah menguak fitur kunci otak, mata, dan sayap capung yang memungkinkan serangga itu memburu mangsanya tanpa ragu. Salah satu penelitian menunjukkan, sistem saraf capung menampilkan kapasitas yang hampir sama seperti manusia, terutama untuk perhatian selektif. Artinya, capung mampu fokus pada mangsa tunggal yang disasar, meski mangsa itu terbang di tengah gerombolan serangga lain yang beterbangan.
Peneliti lain telah mengidentifikasi keberadaan semacam pusat sirkuit berisi 16 sel saraf yang menghubungkan otak capung ke pusat motorik penerbangan di bagian dada. Seperangkat sistem saraf ini memungkinkan capung dapat melacak target bergerak, menghitung lintasan untuk mencegat target, dan secara halus menyesuaikan jalur terbangnya untuk menangkap target tersebut.
Robert M. Olberg dari Union College, yang melaporkan penelitiannya dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, menemukan bukti bahwa jalur capung mencegat mangsanya mirip trik yang digunakan pelaut. Dengan mata majemuknya, capung bisa memprediksi arah terbang mangsanya, termasuk sudut dan kecepatan, kemudian memperkirakan terbangnya sendiri untuk menangkap mangsa tersebut. Capung mengetahui kapan harus memperlambat, mempercepat, dan terbang menyimpang.
Teknik berburu milik capung berbeda dengan yang dilakukan oleh predator kebanyakan. Combes sempat mengira capung mengejar mangsanya secara aktif, seperti singa mengejar mangsanya. Namun, ternyata tidak demikian. "Itu lebih seperti predasi penyergapan. Capung datang dari arah yang tidak disadari oleh mangsanya," kata dia.
Capung termasuk serangga terbang yang canggih. Mereka bisa melayang-layang di udara, menyelam di air, terbang mundur dan terbalik, berputar 360 derajat dengan tiga kali kepakan sayap, dan mencapai kecepatan 30 mil per jam--luar biasa untuk seekor artropoda.
Sayap capung juga berbeda dengan serangga jenis lainnya. Pada kebanyakan serangga, sayap merupakan perpanjangan sederhana dari toraks dan dipindahkan sebagai sebuah unit khusus dengan meregangkan seluruh toraks.
Namun, capung memiliki empat sayap transparan yang ultrafleksibel dan melekat pada toraks oleh otot-otot terpisah. Setiap sayap dapat bermanuver secara independen, memungkinkan capung melakukan berbagai manuver penerbangan. "Seekor capung dapat kehilangan seluruh sayapnya dan masih bisa menangkap mangsa," kata Combes.
Bonus Renungan :
Spoiler for Baca baik-baik:
“Berguru Arti Hidup dari Seekor CAPUNG !”
Tak sengaja di saat kami sarapan pagi hari ini sambil menonton acara televisi yang berkisah tentang lingkaran kehidupan seekor Capung, Hampir saja channel televisi akan di ganti oleh anak bungsu kami karena di anggapnya tayangan tersebut tidak menarik namun saya katakan biarkan dulu tetap di channel yang mengisahkan lingkaran kehidupan seekor Capung itu, Mengapa begitu menarik perhatian saya? Seumur hidup baru pagi ini saya tahu bahwa makhluk serangga yang bernama Capung itu berasal dari telur sang induk betinanya yang di sebarkan begitu saja di dalam air sungai hingga telur itu membesar menjadi seperti sebuah kepompong yang menempel pada batang-batang tanaman di dasar sungai lalu setelah waktunya tepat keluarlah capung-capung itu dari kepompongnya yang berada di dasar sungai itu dan langsung meloncat keluar dari kepompongnya menuju permukaan air dan terbang bebas ke segala arah! , Namun mengapa saya anggap siklus Capung ini sangat menarik? Sangat menarik! karena setelah mereka menetas dan terbang bebas mereka hanya memiliki waktu hidup hanya sekitar 24 JAM saja! Setelah itu MATI!!!, Di dalam waktu 24 jam itu mereka pergunakan untuk terbang,Makan,kimpoi,Bertelur dan MATI !!!.
Saya seharian ini sampai saya coba menuliskan hal ini ke dalam blog ini masih terkagum-kagum dengan “Cara hidup” dari Capung-capung itu karena di dalam umur hidupnya yang singkat yang hanya 24 jam itu sungguh-sungguh mereka pergunakan untuk hal-hal yang terpenting bagi kelangsungan siklus kehidupan dari generasi – generasi mereka selanjutnya dan yang lebih luar biasa lagi di ujung waktu hidupnya mereka mencarikan tempat yang aman dan terbaik untuk meletakkan telur-telur mereka agar dapat menetas dengan baik dan jauh dari predator – predator yang akan memakan telur-telur itu dan setelah itu mereka pergi agak jauh dari telur-telur mereka dan membiarkan jasad mereka terapung di atas air sungai dan menjadi santapan para predator seperti burung,katak dan ikan walaupun jasad mereka menjadi santapan para predator itu tetapi mereka setidaknya tahu bahwa telur-telur mereka aman dari jangkauan para predator itu.
Sungguh TUHAN itu MAHA SEMPURNA bahwa makhluk sekecil itupun telah di beri kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan mereka,Malu rasanya saya sebagai seorang MANUSIA yang telah TUHAN berikan waktu untuk hidup berpuluh-puluh kali dari hidup Si Capung itu tetapi belum tentu di dalam umur yang berpuluh-puluh tahun ini saya telah melakukan dan bertanggung jawab terhadap hidup sebaik Si Capung itu bahkan tidak di dalam 24 jam hidup saya sekalipun terlalu banyak saya buang-buang waktu dengan sia-sia tiada bernilai dan berharga dan melupakan citra saya sebagai manusia yang lebih sempurna dari semua ciptaan-NYA termasuk Si Capung itu.
Terima kasih TUHAN, Lewat Si Capung saya dapat belajar untuk lebih bijak di dalam menjalani hidup ini karena di setiap tarikan nafaspun hidup ini sangat berarti dan yang patut lebih saya syukuri hidup kita lebih panjang dari hidup seekor Capung itu.
“HIDUP itu Bernilai,Maka Berilah Nilai di Hidup itu!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar