Sementara mencoba bertindak sebagai watchdog nuklir di planet ini,
Amerika Serikat dan Inggris Raya telah menjadi dua penyebab kanker
paling besar dunia, kanker yang disebabkan oleh debu radiasi dan
pengotor proyektil depleted uranium.
Dengan menggunakan tank dan pesawat, militer Amerika Serikat dan Inggris telah menembakkan ratusan ton mesiu radioaktif depleted uranium (DU) sewaktu Perang Gurun Pertama, Perang Balkan, dan perang yang baru-baru ini terjadi di Afghanistan serta Irak. Selama dua dekade berturut-turut pemimpin pemerintahan Amerika dan Inggris sedikit saja melakukan upaya menyapu bersih sampah nuklir sisa peperangan yang berbahaya ini. Dan ketika berulang-kali ditanyakan tentang sampah senjata DU itu, juru bicara Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown dan President Amerika, George W. Bush, demikian pula kedua kandidat Presiden Amerika, baik Senator Barack Obama (D-Illinois) maupun Senator John McCain (R-Arizona), tidak memberikan reaksi terhadap sejumlah besar e-mail dan panggilan telepon selama waktu satu bulan ini.
Ironinya, sementara menembakkan sampah nuklir di seluruh wilayah Iraq, Afghanistan dan bekas negara Yugoslavia, baik Inggris maupun Amerika Serikat secara tetap mengkritik sambil menterapkan tekanan keuangan atau politik kepada Iran, Syria, Korea Utara dan Pakistan karena mengembangkan senjata nuklir. Dari ke-empat negara tersebut, hanya Pakistan yang disebut-sebut memiliki amunisi depleted uranium, namun angkatan bersenjatanya tidak pernah menggunakan senjata tersebut.
Depleted uranium adalah sebuah produk sampingan dari natural uranium yang dikayakan untuk kualitas reaktor nuklir atau kualitas senjata uranium. Tambahan lagi senjata itu digunakan sebagai pelapis baja untuk melindungi tank. Kepadatan metalnya ideal untuk membuat amunisi yang siap menembus tank dan kendaraan lapis baja lainnya dengan membakar dan melubanginya. Tetapi selama proses pembuatannya, mesiu tersebut mengeluarkan debu radio aktif dengan jumlah yang besar yang dapat diterbangkan oleh angin sejauh 20 sampai 30 mil. Kadang-kadang projektilnya tidak meledak. Bahkan turun ikut terkubur dengan sendirinya. Sekarang senjata DU tersebut mengotori atau mengancam penyediaan air, tanah, tumbuh-tumbuhan, burung dan binatang lainnya di wilayah tempat peperangan terjadi.
Bahaya puing-puing DU termasuk diantaranya meningkatkan jumlah penyakit kanker pada anak-anak dan penyakit-penyakit lainnya di Eropa dan Timur Tengah. Partikel DU yang halus juga dapat merusak ginjal, kulit dan lensa mata. Dan ketika terhirup atau tertelan oleh manusia, binatang atau ikan, debu DU dapat merusak kesehatan secara serius dan permanen. Curahan DU mencemari wilayah daratan secara permanen dengan paruh-umur 4.5 milyar tahun.. Debu Uranium tetap hidup di dalam paru-paru, dalam darah dan organ tubuh lainnya selama bertahun-tahun. Menurut laporan setelah Perang Teluk, debu uranium telah menyebabkan apa yang disebut dengan penyakit misterius terhadap lebih dari 350,000 orang anggota militer Amerika Serikat, banyak diantara mereka yang tidak berhasil ditangani secara medis.
Sedikitnya di empat negara bagian, yaitu New York, California, Louisiana dan Connecticut – telah berusaha meloloskan rancangan UU namun gagal memaksa Departemen Pertahanan untuk melakukan pemeriksaan dan merawat lebih baik bagi veteran perang yang terkena pajanan DU sewaktu masa peperangan.
“Sejumlah besar penetrator depleted uranium berkarat yang menempel di permukaan tanah akan merupakan ancaman jangka panjang jika larut kedalam sumber air,” Sebuah studi ilmiah yang dilakukan oleh British Royal Society menyatakan. Setelah granat ditembakkan, tanah menjadi tercemar dengan partikel buangan depleted uranium dan oleh beberapa bagian dari mesiu itu sendiri. Yang tercemar DU harus dipindahkan dari daerah lokasi sekelilingnya yang diketahui terdapat pengaruh penetrator yang kuat ,” demikian kata the Royal Society. “Percontohan lingkungan jangka panjang, terutama sekali air dan susu, lingkungan membutuhkan dan harus disediakan metoda monitoring komponen yang sensitif serta hemat biaya, serta menyediakan informasi mengenai tingkat uranium yang ada untuk dijadikan perhatian oleh penduduk setempat.. Monitoring perlu ditingkatkan di beberapa tempat, dengan menyebutkan asesmen risiko tertentu, jika situasinya menjamin keabsahan untuk pertimbangan lebih lanjut.”
Walaupun Royal Society menegaskan ancaman yang merusak kesehatan kepada mereka yang menghirup jumlah yang banyak dari debu depleted uranium dibandingkan dengan mereka yang menghirup sedikit dan terbatas, namun sebuah studi terhadap anak-anak di Irak, yang terkena debu DU sewaktu berkecamuk peperangan, ternyata bertentangan dengan penilaian tersebut. Dr. Souad N. Al-Azzawi, seorang anggota dari Brussels Tribunal Advisory Committee, mengatakan bahwa anak-anak yang menghirup nafas atau menelan partikel yang terkena radiasi di daerah dimana Amerika Serikat menembakkan mesiu DU dengan intens “memberikan bukti kuat adanya hubungan antara terkenanya radiasi tingkat rendah dan akibat yang merusak kesehatan,” Pajanan DU menciptakan” tingkat insiden yang menimbulkan satu pergeseran leukemia terhadap anak-anak yang lebih muda baru-baru ini,” demikian kata sang Doktor.
Universitas Massachusetts dan Universitas Tufts menyimpulkan: bahwa “Bukti jumlah kumpulan epidemiological manusia adalah konsisten dengan tingkat risiko cacat kelahiran dalam keturunan dari orang yang terkena DU.”
Empat tahun lalu, pemerintahan sementara Iraq meminta bantuan kepada PBB untuk meratakan lubang-lubang yang dalam di negaranya, yang dipenuhi dengan bongkahan projektil mesiu, peralatan penghancur DU, pecahan acak partikel-partikel dan angin yang membawa hujan debu DU. PBB menghimbau militer Inggris dan Amerika Serikat untuk membersihkan kerusakan yang diakibatkan DU yang mereka ciptakan, namun tanpa hasil yang efektif. Faktanya, ahli pembersihan lingkungan PBB telah meminta pejabat-pejabat Inggris dan Amerika Serikat untuk menunjukkan dimana lokasinya senjata DU ditembakkan di Irak, namun mereka hanya dilaporkan menerima koordinat penembakkan DU dari Inggris.
Dengan menggunakan tank dan pesawat, militer Amerika Serikat dan Inggris telah menembakkan ratusan ton mesiu radioaktif depleted uranium (DU) sewaktu Perang Gurun Pertama, Perang Balkan, dan perang yang baru-baru ini terjadi di Afghanistan serta Irak. Selama dua dekade berturut-turut pemimpin pemerintahan Amerika dan Inggris sedikit saja melakukan upaya menyapu bersih sampah nuklir sisa peperangan yang berbahaya ini. Dan ketika berulang-kali ditanyakan tentang sampah senjata DU itu, juru bicara Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown dan President Amerika, George W. Bush, demikian pula kedua kandidat Presiden Amerika, baik Senator Barack Obama (D-Illinois) maupun Senator John McCain (R-Arizona), tidak memberikan reaksi terhadap sejumlah besar e-mail dan panggilan telepon selama waktu satu bulan ini.
Ironinya, sementara menembakkan sampah nuklir di seluruh wilayah Iraq, Afghanistan dan bekas negara Yugoslavia, baik Inggris maupun Amerika Serikat secara tetap mengkritik sambil menterapkan tekanan keuangan atau politik kepada Iran, Syria, Korea Utara dan Pakistan karena mengembangkan senjata nuklir. Dari ke-empat negara tersebut, hanya Pakistan yang disebut-sebut memiliki amunisi depleted uranium, namun angkatan bersenjatanya tidak pernah menggunakan senjata tersebut.
Depleted uranium adalah sebuah produk sampingan dari natural uranium yang dikayakan untuk kualitas reaktor nuklir atau kualitas senjata uranium. Tambahan lagi senjata itu digunakan sebagai pelapis baja untuk melindungi tank. Kepadatan metalnya ideal untuk membuat amunisi yang siap menembus tank dan kendaraan lapis baja lainnya dengan membakar dan melubanginya. Tetapi selama proses pembuatannya, mesiu tersebut mengeluarkan debu radio aktif dengan jumlah yang besar yang dapat diterbangkan oleh angin sejauh 20 sampai 30 mil. Kadang-kadang projektilnya tidak meledak. Bahkan turun ikut terkubur dengan sendirinya. Sekarang senjata DU tersebut mengotori atau mengancam penyediaan air, tanah, tumbuh-tumbuhan, burung dan binatang lainnya di wilayah tempat peperangan terjadi.
Bahaya puing-puing DU termasuk diantaranya meningkatkan jumlah penyakit kanker pada anak-anak dan penyakit-penyakit lainnya di Eropa dan Timur Tengah. Partikel DU yang halus juga dapat merusak ginjal, kulit dan lensa mata. Dan ketika terhirup atau tertelan oleh manusia, binatang atau ikan, debu DU dapat merusak kesehatan secara serius dan permanen. Curahan DU mencemari wilayah daratan secara permanen dengan paruh-umur 4.5 milyar tahun.. Debu Uranium tetap hidup di dalam paru-paru, dalam darah dan organ tubuh lainnya selama bertahun-tahun. Menurut laporan setelah Perang Teluk, debu uranium telah menyebabkan apa yang disebut dengan penyakit misterius terhadap lebih dari 350,000 orang anggota militer Amerika Serikat, banyak diantara mereka yang tidak berhasil ditangani secara medis.
Sedikitnya di empat negara bagian, yaitu New York, California, Louisiana dan Connecticut – telah berusaha meloloskan rancangan UU namun gagal memaksa Departemen Pertahanan untuk melakukan pemeriksaan dan merawat lebih baik bagi veteran perang yang terkena pajanan DU sewaktu masa peperangan.
“Sejumlah besar penetrator depleted uranium berkarat yang menempel di permukaan tanah akan merupakan ancaman jangka panjang jika larut kedalam sumber air,” Sebuah studi ilmiah yang dilakukan oleh British Royal Society menyatakan. Setelah granat ditembakkan, tanah menjadi tercemar dengan partikel buangan depleted uranium dan oleh beberapa bagian dari mesiu itu sendiri. Yang tercemar DU harus dipindahkan dari daerah lokasi sekelilingnya yang diketahui terdapat pengaruh penetrator yang kuat ,” demikian kata the Royal Society. “Percontohan lingkungan jangka panjang, terutama sekali air dan susu, lingkungan membutuhkan dan harus disediakan metoda monitoring komponen yang sensitif serta hemat biaya, serta menyediakan informasi mengenai tingkat uranium yang ada untuk dijadikan perhatian oleh penduduk setempat.. Monitoring perlu ditingkatkan di beberapa tempat, dengan menyebutkan asesmen risiko tertentu, jika situasinya menjamin keabsahan untuk pertimbangan lebih lanjut.”
Walaupun Royal Society menegaskan ancaman yang merusak kesehatan kepada mereka yang menghirup jumlah yang banyak dari debu depleted uranium dibandingkan dengan mereka yang menghirup sedikit dan terbatas, namun sebuah studi terhadap anak-anak di Irak, yang terkena debu DU sewaktu berkecamuk peperangan, ternyata bertentangan dengan penilaian tersebut. Dr. Souad N. Al-Azzawi, seorang anggota dari Brussels Tribunal Advisory Committee, mengatakan bahwa anak-anak yang menghirup nafas atau menelan partikel yang terkena radiasi di daerah dimana Amerika Serikat menembakkan mesiu DU dengan intens “memberikan bukti kuat adanya hubungan antara terkenanya radiasi tingkat rendah dan akibat yang merusak kesehatan,” Pajanan DU menciptakan” tingkat insiden yang menimbulkan satu pergeseran leukemia terhadap anak-anak yang lebih muda baru-baru ini,” demikian kata sang Doktor.
Universitas Massachusetts dan Universitas Tufts menyimpulkan: bahwa “Bukti jumlah kumpulan epidemiological manusia adalah konsisten dengan tingkat risiko cacat kelahiran dalam keturunan dari orang yang terkena DU.”
Empat tahun lalu, pemerintahan sementara Iraq meminta bantuan kepada PBB untuk meratakan lubang-lubang yang dalam di negaranya, yang dipenuhi dengan bongkahan projektil mesiu, peralatan penghancur DU, pecahan acak partikel-partikel dan angin yang membawa hujan debu DU. PBB menghimbau militer Inggris dan Amerika Serikat untuk membersihkan kerusakan yang diakibatkan DU yang mereka ciptakan, namun tanpa hasil yang efektif. Faktanya, ahli pembersihan lingkungan PBB telah meminta pejabat-pejabat Inggris dan Amerika Serikat untuk menunjukkan dimana lokasinya senjata DU ditembakkan di Irak, namun mereka hanya dilaporkan menerima koordinat penembakkan DU dari Inggris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar